Rabu, 07 November 2012

Diduga Bohongi Konsumen, KIA - Hyundai Dituntut di AS


OTOSIA.COM - Akibat protes massal dari para konsumen yang merasa dibohongi oleh KIA dan Hyundai soal konsumsi bahan bakar, kedua raksasa produsen mobil Korea Selatan itu bakal menghadapi tuntutan Federal AS. Hyundai - KIA telah menjual total 900.000 unit untuk model produksi 2011 sampai 2013 dengan konsumsi bahan bakar yang lebih boros 1 - 2 mpg, dari yang mereka klaim 40 mpg (17 kpl).
Protes ini diajukan akhir pekan lalu di Pengadilan Distrik Ohio Selatan, sekaligus menghitung kerugian yang dialami konsumen yang menggunakan Hyundai serta KIA. Dua konsumen yang menjadi korban 'pembohongan' itu adalah Molly Simons yang membeli KIA Rio 2012, pada musim semi ini; serta Rebecca Sanders dan Jeffrey Millar yang membeli Hyundai Elantra 2013 pada bulan lalu.
Tuntutan Federal AS itu juga meminta pengadilan Ohio untuk mengizinkan konsumen yang jadi korban untuk membatalkan kontrak kredit atau pinjaman mereka. Sementara itu, juru bicara dari Hyundai - KIA mengatakan, saat ini perusahaan terus mempelajari tuntutan dan masih belum bisa berkomentar banyak.
Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat, akhir pekan lalu mengumumkan hasil penyelidikan bahwa ada perbedaan level konsumsi BBM yang disuguhkan pabrikan mobil dengan hasil yang mereka coba. Hasilnya, Hyundai dan KIA terbukti melakukan pembohongan pada konsumennya, karena menaikkan konsumsi BBM 1 - 2 mpg, sehingga jadi lebih irit dari seharusnya.
Hyundai dan KIA menjelaskan, volume 900.000 unit mobil selama tiga tahun itu sama dengan 35 persen dari total penjualan medio 2011 - Oktober 2012. Hyundai Motor dan KIA Motors AS telah meminta maaf kepada publik karena salah menetapkan klaim rata-rata konsumsi BBM. Mereka mengelak berbohong dan menjelaskan ada prosedur yang salah dalam pengujian penghitungan rata-rata konsumsi BBM.
Kini, kedua merek itu berniat menyiapkan kompensasi bagi pemilik yang harus terbebani dengan biaya BBM lebih mahal dari yang tertera di label.(kpl/bun)

sumber :
Oleh Editor KapanLagi.com, Otomotif | Kapanlagi 7 November 2012
http://id.berita.yahoo.com/diduga-bohongi-konsumen-kia-hyundai-dituntut-di-140500854.html

Kamis, 01 November 2012

Tiga Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Berutang


Semua orang pasti memiliki alasan sampai mereka memutuskan untuk berutang. Sebagian besar yang memutuskan berutang adalah golongan yang “terpaksa melakukannya”.

Alasan yang sering timbul antara lain: tidak memiliki uang cash untuk membeli sesuatu atau karena susah untuk disiplin menabung. Dengan  memiliki utang, dia terpaksa harus menyisihkan secara rutin dari penghasilan bulanannya.

Melihat kondisi di atas, muncul pertanyaan “apakah setiap orang boleh berutang? Apakah utang kita produktif? Apakah utang kita itu keinginan atau kebutuhan?”

Beginilah jawabannya:

KEMAMPUAN 

Setiap orang yang akan memutuskan berutang tentunya harus melihat apakah dia mampu melakukan pembayaran cicilan yang diambil dari penghasilan bulanan. Persentase yang baik adalah sebaiknya tidak lebih besar dari 35 persen penghasilan bulanan, atau yang biasa kita sebut dengan Debt Service Ratio. Lebih dari itu dikhawatirkan akan mengganggu cashflow bulanan, karena persentase penghasilannya sebagian besar untuk membayar kewajiban utangnya. 

Komposisi utang terhadap aset pun perlu diperhatikan. Total utang yang baik, tidak lebih besar dari kepemilikan asetnya (Liquid and Non Liquid Asset). Persentase yang baik adalah maksimum 50 persen dari aset yang dimiliki, atau biasa kita sebut dengan Debt To Asset Ratio.

Jika kedua rasio diatas sudah bisa kita penuhi, maka bisa dibilang kita boleh berutang. Namun perlu kita tinjau pula pertanyaan di bawah ini.

JENIS UTANG 

Sebaiknya semua bentuk utang yang dimiliki haruslah produktif. Artinya, memiliki nilai manfaat atau masa pakai yang sesuai dengan masa waktu pembayarannya. Sebagai contoh, mengambil cicilan rumah dalam bentuk KPR untuk jangka waktu 15 tahun masih wajar, karena masa pakai rumah biasanya lebih dari 15 tahun.

Banyak yang akhirnya memutuskan untuk berutang demi hal yang kurang produktif, atau masa pakainya lebih singkat daripada jangka waktu pembayaran hutangnya. Contoh: mengambil cicilan handphone selama 2 tahun, untuk masa pakai yang cenderung singkat. Ini biasanya terpengaruh model terbaru yang akan keluar.

Jika utang yang diambil tidak produktif, manfaat yang diterima tidak akan sepadan. Barang yang dimiliki dari berutang pun biasanya tidak terpakai.

KEINGINAN vs KEBUTUHAN 

Keinginan dan kebutuhan itu bertolak belakang. Belum tentu keinginan kita adalah suatu kebutuhan. Sering kali keinginan kita paksakan dan anggap sebagai kebutuhan.

Akhirnya banyak keinginan yang dibeli dengan berutang, sampai tagihan kartu kredit membengkak hanya untuk mengikuti tren, contohnya gadget. Gadget lama masih sangat bagus dan fungsional namun semua itu terkalahkan oleh keinginan memiliki gadget terbaru yang sedang tren dengan berutang. Menjadi "trendi" kemudian tidak relevan jika ternyata kita tidak mampu membayarkan cicilan hutang setiap bulannya.

Keadaan di atas bisa disiasati dengan membuat rekening untuk tujuan yang lebih spesifik dan terpisah dari rekening pengeluaran sehari-hari. Alokasikan sebagian uang khusus untuk memenuhi keinginan pribadi kita, yang dapat digunakan apabila jumlah uang di dalamnya cukup untuk dibelanjakan. Jika dananya belum mencukupi, maka belum dapat digunakan. Paling tidak kita memiliki tujuan dibuatnya rekening tersebut.

Dengan langkah tersebut maka kita dapat mengendalikan kemana larinya uang dan utang kita, apakah utang kita akhirnya menjadi sesuatu yang produktif, dan apakah kita berutang mengikuti keinginan atau kebutuhan.

Selamat berhitung dan akhirnya memutuskan apakah kita pantas dan perlu untuk berutang.

Yudit Yunanto, QM Planner
www.qmfinancial.com

sumber :
http://id.she.yahoo.com/tiga-hal-yang-harus-dipertimbangkan-sebelum-berutang.html